Kisah Lima Hari Terbaring di Rumah Sakit
CERPEN
SEHAT-LUKA-DUKA
DAN BAHAGIA
Sabtu
tanggal 12 di bulan juli seusai pleno pilpres 2014 tingkat kelurahan, aku
bersama isteri menaiki kendaraan sepeda motor, melaju ke rumah sakit umum. Dengan hati yang
tenang nan tulus aku rela untuk berobat megobati penyakit yang ada dalam
tubuhku meski harus menjalani operasi. Aku pun hanya bisa bertawakal kepada-Nya
dan hanya kepada-Nya aku memohon dan berlindung semoga usaha dan ihtiar lancar
tanpa ada rintangan. Sebulan lalu aku telah diperksa dan divonis untuk operasi
menghilangkan penyakit hidrokel. Vonis dokter tidak ada cara lain mengobatinya
selain menjalani operasi. Dengan hati yang tenang aku pun menerimanya dan
pemeriksaaan tahap demi tahap dan akhirnya mendapatkan jadwal dari RSUD untuk
ditindak mulai tanggal 12 juli 2014.
Aku
megunjungi RUSD tersebut untuk memperoleh kamar untuk perawatan baik sebelum
maupun sesudah operasi. Dan akhirnya sekitar jam 12.30 aku baru mendapat kamar
untnuk perawatan dan tindakan. Dengan hati yang ceria aku memasuki kamar yang
hana bisa dimasuku dua atau tiga orang saja. Yaitu untuk pasen dan 2 orang
atau 1 orang yang menunggu dari pihak keluarga. Setibanya masuk dikamar satu
jam setelah itu aku pun diperiksa dan alhamdulillah dalam kondisi normal. Dua hari
menunggu karena aku masuk dalam jeda waktu libur, aku gunakan waktu tersebut
untuk istirahat dan merilekkan seluruh tubuh dan pikiran ku. Menjelang waktu
tindakan operasi para perawat mulai bergantian mengukur tensi darah. Menjelang malam
besoknya mau di operasi, aduhhhhh di kabari aku harus mencukur dulu” kata
perawat itu” aku kira mencukur kepala tapi kata isteri saya, kepada perawat sus
sudah di cukur tapi tidak semuanya sama suster aja kata isteriku. Suster malah
menggelengkan kepala sambil tertawa sama ibu aja bu. Lalu guntingnya ada tidak
suster jangan sama gunting sama gogol aja. Dimana ? gogolnya ya beli aja. Aduhhh
jam 11 malam begini harus beli gogol dan gunting. Akhirnya aku berdua berjalan
keluar untuk mencari tukang gogol dan gunting dan didepan pintu masuk ada yang
jualan mainan anak dan menanyakan kepadanaya “ mang ada gogol jawabnya ada
neng. Guntingnnya ada ada neng berapa harganya 10 ribu. Akhirnya tengah malam
aku masuk kamar dan keluarlagi masuk wc untuk mencukur.
Ternyata
yang harus dicukur itu bukan kepala atas tapi kepala bawah. Padahal menurut
cerita dikamar wc tersebut suka ada kuntilanak, maklumlah d rumah sakit yang
kebetulan besampingan dengan kamar mayat. Aku tak terpikirkan hal itu dan
ahkirnya sambil berbisik berdua mencukur kemaluan hingga bersih. Setalah selesai
keluar dan masuk kamar perawatan lagi. Tak lama datang lagi perawat katanya “
harus puasa mulai jam 12 malam hingga pelaksanaan operasi. Menjelang pagi
perawat memulai memasang inpus untuk persiapan operasi dan akhriny terus di
inpus. Menjelang saiang hari pelaksanaan tindakan operasi mulai terpanggil
untuk operasi. Aku dibantu sama perawat untuk menaiki kursi roda menuju ruang
operasi, keluarga dan kerabat ternyata sudah ada diluar anak dan ibu juga ada
namun tidak diperbolehkan bertemu dengan aku yang akan operasi karena takut menambah
kecemasan. Sebenarnya aku juga merasa cemas was-was dan sedih ketika menaiki
kursi roda untuk menuju operasi, dengan mata yang sedikit aku pejamkan tak
lirik kiri atau kanan aku menatap kedepan dengan mata kosong tapi aku menyadari
dan pasarah juga berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam proses ini. Memasuki
ruag operasi aku dijemput sama perawat yang ada disana untuk memasuki kamar
operasi dengan hati yang ihlas walau lutut tersasa lemas aku memasuki ruang
operasi dan menaiki meja operasi. Sekitar 30 menit operasi selesai. Walau selama
operasi aku hanya dibius sepotong sehingga tahu gerak-gerik para dokter yang
melakukan operasi tapi aku pasrah saja kepadaNya. Akhirnya melalui meja perwat
aku dipindahkan dari meja operasi kemudian didorong keluar dan dipindahkan lagi
ke meja peerawatan.
Isak
tangis keluarga dan erabat yang
menyaksikan setalah keluar dari ruang operasi menemaninya aku sadar dan tidak
sadar atas kejadian ini, karena pengaruh bius dan psikogis, meski bius lokal
atau sepotong. Dan aku pun ingat saran dokter ketika berada di rung operasi
katanya: jangan dulu bergerak tapi harus telentang agar bekas operasinya tidak
beruba selama 24 jama. Akur rela menerima saran itu karena aku pun ingin
sembut. Dua hari setelah operasi aku pun baru bisa pulang walau belum sembuh
total. Karena mamasuki rawat jalan. Ketika turun dari mobil dan menuju ke rumah
ibu hatiku merasa sangat iba setelah lima hari terbaring di ruah sakit. Hati sedih
dan senang karena bisa kembali lagi kerumah dengan selamat amiiin ya robbal
alamin.
CERPEN
SEHAT-LUKA-DUKA
DAN BAHAGIA
Sabtu
tanggal 12 di bulan juli seusai pleno pilpres 2014 tingkat kelurahan, aku
bersama isteri menaiki kendaraan sepeda motor, melaju ke rumah sakit umum. Dengan hati yang
tenang nan tulus aku rela untuk berobat megobati penyakit yang ada dalam
tubuhku meski harus menjalani operasi. Aku pun hanya bisa bertawakal kepada-Nya
dan hanya kepada-Nya aku memohon dan berlindung semoga usaha dan ihtiar lancar
tanpa ada rintangan. Sebulan lalu aku telah diperksa dan divonis untuk operasi
menghilangkan penyakit hidrokel. Vonis dokter tidak ada cara lain mengobatinya
selain menjalani operasi. Dengan hati yang tenang aku pun menerimanya dan
pemeriksaaan tahap demi tahap dan akhirnya mendapatkan jadwal dari RSUD untuk
ditindak mulai tanggal 12 juli 2014.
Aku
megunjungi RUSD tersebut untuk memperoleh kamar untuk perawatan baik sebelum
maupun sesudah operasi. Dan akhirnya sekitar jam 12.30 aku baru mendapat kamar
untnuk perawatan dan tindakan. Dengan hati yang ceria aku memasuki kamar yang
hana bisa dimasuku dua atau tiga orang saja. Yaitu untuk pasen dan 2 orang
atau 1 orang yang menunggu dari pihak keluarga. Setibanya masuk dikamar satu
jam setelah itu aku pun diperiksa dan alhamdulillah dalam kondisi normal. Dua hari
menunggu karena aku masuk dalam jeda waktu libur, aku gunakan waktu tersebut
untuk istirahat dan merilekkan seluruh tubuh dan pikiran ku. Menjelang waktu
tindakan operasi para perawat mulai bergantian mengukur tensi darah. Menjelang malam
besoknya mau di operasi, aduhhhhh di kabari aku harus mencukur dulu” kata
perawat itu” aku kira mencukur kepala tapi kata isteri saya, kepada perawat sus
sudah di cukur tapi tidak semuanya sama suster aja kata isteriku. Suster malah
menggelengkan kepala sambil tertawa sama ibu aja bu. Lalu guntingnya ada tidak
suster jangan sama gunting sama gogol aja. Dimana ? gogolnya ya beli aja. Aduhhh
jam 11 malam begini harus beli gogol dan gunting. Akhirnya aku berdua berjalan
keluar untuk mencari tukang gogol dan gunting dan didepan pintu masuk ada yang
jualan mainan anak dan menanyakan kepadanaya “ mang ada gogol jawabnya ada
neng. Guntingnnya ada ada neng berapa harganya 10 ribu. Akhirnya tengah malam
aku masuk kamar dan keluarlagi masuk wc untuk mencukur.
Ternyata
yang harus dicukur itu bukan kepala atas tapi kepala bawah. Padahal menurut
cerita dikamar wc tersebut suka ada kuntilanak, maklumlah d rumah sakit yang
kebetulan besampingan dengan kamar mayat. Aku tak terpikirkan hal itu dan
ahkirnya sambil berbisik berdua mencukur kemaluan hingga bersih. Setalah selesai
keluar dan masuk kamar perawatan lagi. Tak lama datang lagi perawat katanya “
harus puasa mulai jam 12 malam hingga pelaksanaan operasi. Menjelang pagi
perawat memulai memasang inpus untuk persiapan operasi dan akhriny terus di
inpus. Menjelang saiang hari pelaksanaan tindakan operasi mulai terpanggil
untuk operasi. Aku dibantu sama perawat untuk menaiki kursi roda menuju ruang
operasi, keluarga dan kerabat ternyata sudah ada diluar anak dan ibu juga ada
namun tidak diperbolehkan bertemu dengan aku yang akan operasi karena takut menambah
kecemasan. Sebenarnya aku juga merasa cemas was-was dan sedih ketika menaiki
kursi roda untuk menuju operasi, dengan mata yang sedikit aku pejamkan tak
lirik kiri atau kanan aku menatap kedepan dengan mata kosong tapi aku menyadari
dan pasarah juga berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam proses ini. Memasuki
ruag operasi aku dijemput sama perawat yang ada disana untuk memasuki kamar
operasi dengan hati yang ihlas walau lutut tersasa lemas aku memasuki ruang
operasi dan menaiki meja operasi. Sekitar 30 menit operasi selesai. Walau selama
operasi aku hanya dibius sepotong sehingga tahu gerak-gerik para dokter yang
melakukan operasi tapi aku pasrah saja kepadaNya. Akhirnya melalui meja perwat
aku dipindahkan dari meja operasi kemudian didorong keluar dan dipindahkan lagi
ke meja peerawatan.
Isak
tangis keluarga dan erabat yang
menyaksikan setalah keluar dari ruang operasi menemaninya aku sadar dan tidak
sadar atas kejadian ini, karena pengaruh bius dan psikogis, meski bius lokal
atau sepotong. Dan aku pun ingat saran dokter ketika berada di rung operasi
katanya: jangan dulu bergerak tapi harus telentang agar bekas operasinya tidak
beruba selama 24 jama. Akur rela menerima saran itu karena aku pun ingin
sembut. Dua hari setelah operasi aku pun baru bisa pulang walau belum sembuh
total. Karena mamasuki rawat jalan. Ketika turun dari mobil dan menuju ke rumah
ibu hatiku merasa sangat iba setelah lima hari terbaring di ruah sakit. Hati sedih
dan senang karena bisa kembali lagi kerumah dengan selamat amiiin ya robbal
alamin.
0 komentar:
Post a Comment