23 July 2014

Kisah Lima Hari Terbaring di Rumah Sakit



CERPEN
SEHAT-LUKA-DUKA DAN BAHAGIA
Sabtu tanggal 12 di bulan juli seusai pleno pilpres 2014 tingkat kelurahan, aku bersama isteri menaiki kendaraan sepeda motor, melaju ke rumah sakit umum. Dengan hati yang tenang nan tulus aku rela untuk berobat megobati penyakit yang ada dalam tubuhku meski harus menjalani operasi. Aku pun hanya bisa bertawakal kepada-Nya dan hanya kepada-Nya aku memohon dan berlindung semoga usaha dan ihtiar lancar tanpa ada rintangan. Sebulan lalu aku telah diperksa dan divonis untuk operasi menghilangkan penyakit hidrokel. Vonis dokter tidak ada cara lain mengobatinya selain menjalani operasi. Dengan hati yang tenang aku pun menerimanya dan pemeriksaaan tahap demi tahap dan akhirnya mendapatkan jadwal dari RSUD untuk ditindak mulai tanggal 12 juli 2014.

Aku megunjungi RUSD tersebut untuk memperoleh kamar untuk perawatan baik sebelum maupun sesudah operasi. Dan akhirnya sekitar jam 12.30 aku baru mendapat kamar untnuk perawatan dan tindakan. Dengan hati yang ceria aku memasuki kamar yang hana bisa dimasuku dua atau tiga orang saja. Yaitu untuk pasen dan 2 orang atau 1 orang yang menunggu dari pihak keluarga. Setibanya masuk dikamar satu jam setelah itu aku pun diperiksa dan alhamdulillah dalam kondisi normal. Dua hari menunggu karena aku masuk dalam jeda waktu libur, aku gunakan waktu tersebut untuk istirahat dan merilekkan seluruh tubuh dan pikiran ku. Menjelang waktu tindakan operasi para perawat mulai bergantian mengukur tensi darah. Menjelang malam besoknya mau di operasi, aduhhhhh di kabari aku harus mencukur dulu” kata perawat itu” aku kira mencukur kepala tapi kata isteri saya, kepada perawat sus sudah di cukur tapi tidak semuanya sama suster aja kata isteriku. Suster malah menggelengkan kepala sambil tertawa sama ibu aja bu. Lalu guntingnya ada tidak suster jangan sama gunting sama gogol aja. Dimana ? gogolnya ya beli aja. Aduhhh jam 11 malam begini harus beli gogol dan gunting. Akhirnya aku berdua berjalan keluar untuk mencari tukang gogol dan gunting dan didepan pintu masuk ada yang jualan mainan anak dan menanyakan kepadanaya “ mang ada gogol jawabnya ada neng. Guntingnnya ada ada neng berapa harganya 10 ribu. Akhirnya tengah malam aku masuk kamar dan keluarlagi masuk wc untuk mencukur.

Ternyata yang harus dicukur itu bukan kepala atas tapi kepala bawah. Padahal menurut cerita dikamar wc tersebut suka ada kuntilanak, maklumlah d rumah sakit yang kebetulan besampingan dengan kamar mayat. Aku tak terpikirkan hal itu dan ahkirnya sambil berbisik berdua mencukur kemaluan hingga bersih. Setalah selesai keluar dan masuk kamar perawatan lagi. Tak lama datang lagi perawat katanya “ harus puasa mulai jam 12 malam hingga pelaksanaan operasi. Menjelang pagi perawat memulai memasang inpus untuk persiapan operasi dan akhriny terus di inpus. Menjelang saiang hari pelaksanaan tindakan operasi mulai terpanggil untuk operasi. Aku dibantu sama perawat untuk menaiki kursi roda menuju ruang operasi, keluarga dan kerabat ternyata sudah ada diluar anak dan ibu juga ada namun tidak diperbolehkan bertemu dengan aku yang akan operasi karena takut menambah kecemasan. Sebenarnya aku juga merasa cemas was-was dan sedih ketika menaiki kursi roda untuk menuju operasi, dengan mata yang sedikit aku pejamkan tak lirik kiri atau kanan aku menatap kedepan dengan mata kosong tapi aku menyadari dan pasarah juga berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam proses ini. Memasuki ruag operasi aku dijemput sama perawat yang ada disana untuk memasuki kamar operasi dengan hati yang ihlas walau lutut tersasa lemas aku memasuki ruang operasi dan menaiki meja operasi. Sekitar 30 menit operasi selesai. Walau selama operasi aku hanya dibius sepotong sehingga tahu gerak-gerik para dokter yang melakukan operasi tapi aku pasrah saja kepadaNya. Akhirnya melalui meja perwat aku dipindahkan dari meja operasi kemudian didorong keluar dan dipindahkan lagi ke meja peerawatan.
Isak tangis keluarga dan erabat  yang menyaksikan setalah keluar dari ruang operasi menemaninya aku sadar dan tidak sadar atas kejadian ini, karena pengaruh bius dan psikogis, meski bius lokal atau sepotong. Dan aku pun ingat saran dokter ketika berada di rung operasi katanya: jangan dulu bergerak tapi harus telentang agar bekas operasinya tidak beruba selama 24 jama. Akur rela menerima saran itu karena aku pun ingin sembut. Dua hari setelah operasi aku pun baru bisa pulang walau belum sembuh total. Karena mamasuki rawat jalan. Ketika turun dari mobil dan menuju ke rumah ibu hatiku merasa sangat iba setelah lima hari terbaring di ruah sakit. Hati sedih dan senang karena bisa kembali lagi kerumah dengan selamat amiiin ya robbal alamin.


CERPEN
SEHAT-LUKA-DUKA DAN BAHAGIA
Sabtu tanggal 12 di bulan juli seusai pleno pilpres 2014 tingkat kelurahan, aku bersama isteri menaiki kendaraan sepeda motor, melaju ke rumah sakit umum. Dengan hati yang tenang nan tulus aku rela untuk berobat megobati penyakit yang ada dalam tubuhku meski harus menjalani operasi. Aku pun hanya bisa bertawakal kepada-Nya dan hanya kepada-Nya aku memohon dan berlindung semoga usaha dan ihtiar lancar tanpa ada rintangan. Sebulan lalu aku telah diperksa dan divonis untuk operasi menghilangkan penyakit hidrokel. Vonis dokter tidak ada cara lain mengobatinya selain menjalani operasi. Dengan hati yang tenang aku pun menerimanya dan pemeriksaaan tahap demi tahap dan akhirnya mendapatkan jadwal dari RSUD untuk ditindak mulai tanggal 12 juli 2014.

Aku megunjungi RUSD tersebut untuk memperoleh kamar untuk perawatan baik sebelum maupun sesudah operasi. Dan akhirnya sekitar jam 12.30 aku baru mendapat kamar untnuk perawatan dan tindakan. Dengan hati yang ceria aku memasuki kamar yang hana bisa dimasuku dua atau tiga orang saja. Yaitu untuk pasen dan 2 orang atau 1 orang yang menunggu dari pihak keluarga. Setibanya masuk dikamar satu jam setelah itu aku pun diperiksa dan alhamdulillah dalam kondisi normal. Dua hari menunggu karena aku masuk dalam jeda waktu libur, aku gunakan waktu tersebut untuk istirahat dan merilekkan seluruh tubuh dan pikiran ku. Menjelang waktu tindakan operasi para perawat mulai bergantian mengukur tensi darah. Menjelang malam besoknya mau di operasi, aduhhhhh di kabari aku harus mencukur dulu” kata perawat itu” aku kira mencukur kepala tapi kata isteri saya, kepada perawat sus sudah di cukur tapi tidak semuanya sama suster aja kata isteriku. Suster malah menggelengkan kepala sambil tertawa sama ibu aja bu. Lalu guntingnya ada tidak suster jangan sama gunting sama gogol aja. Dimana ? gogolnya ya beli aja. Aduhhh jam 11 malam begini harus beli gogol dan gunting. Akhirnya aku berdua berjalan keluar untuk mencari tukang gogol dan gunting dan didepan pintu masuk ada yang jualan mainan anak dan menanyakan kepadanaya “ mang ada gogol jawabnya ada neng. Guntingnnya ada ada neng berapa harganya 10 ribu. Akhirnya tengah malam aku masuk kamar dan keluarlagi masuk wc untuk mencukur.

Ternyata yang harus dicukur itu bukan kepala atas tapi kepala bawah. Padahal menurut cerita dikamar wc tersebut suka ada kuntilanak, maklumlah d rumah sakit yang kebetulan besampingan dengan kamar mayat. Aku tak terpikirkan hal itu dan ahkirnya sambil berbisik berdua mencukur kemaluan hingga bersih. Setalah selesai keluar dan masuk kamar perawatan lagi. Tak lama datang lagi perawat katanya “ harus puasa mulai jam 12 malam hingga pelaksanaan operasi. Menjelang pagi perawat memulai memasang inpus untuk persiapan operasi dan akhriny terus di inpus. Menjelang saiang hari pelaksanaan tindakan operasi mulai terpanggil untuk operasi. Aku dibantu sama perawat untuk menaiki kursi roda menuju ruang operasi, keluarga dan kerabat ternyata sudah ada diluar anak dan ibu juga ada namun tidak diperbolehkan bertemu dengan aku yang akan operasi karena takut menambah kecemasan. Sebenarnya aku juga merasa cemas was-was dan sedih ketika menaiki kursi roda untuk menuju operasi, dengan mata yang sedikit aku pejamkan tak lirik kiri atau kanan aku menatap kedepan dengan mata kosong tapi aku menyadari dan pasarah juga berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam proses ini. Memasuki ruag operasi aku dijemput sama perawat yang ada disana untuk memasuki kamar operasi dengan hati yang ihlas walau lutut tersasa lemas aku memasuki ruang operasi dan menaiki meja operasi. Sekitar 30 menit operasi selesai. Walau selama operasi aku hanya dibius sepotong sehingga tahu gerak-gerik para dokter yang melakukan operasi tapi aku pasrah saja kepadaNya. Akhirnya melalui meja perwat aku dipindahkan dari meja operasi kemudian didorong keluar dan dipindahkan lagi ke meja peerawatan.
Isak tangis keluarga dan erabat  yang menyaksikan setalah keluar dari ruang operasi menemaninya aku sadar dan tidak sadar atas kejadian ini, karena pengaruh bius dan psikogis, meski bius lokal atau sepotong. Dan aku pun ingat saran dokter ketika berada di rung operasi katanya: jangan dulu bergerak tapi harus telentang agar bekas operasinya tidak beruba selama 24 jama. Akur rela menerima saran itu karena aku pun ingin sembut. Dua hari setelah operasi aku pun baru bisa pulang walau belum sembuh total. Karena mamasuki rawat jalan. Ketika turun dari mobil dan menuju ke rumah ibu hatiku merasa sangat iba setelah lima hari terbaring di ruah sakit. Hati sedih dan senang karena bisa kembali lagi kerumah dengan selamat amiiin ya robbal alamin.

0 komentar:

Post a Comment